Kamis, 20 Februari 2014

Kaya Ilmiah Remaja Tentang Energi Alternative

Bab I Pendahuluan 

1.1 Latar Belakang 
Hampir semua orang mengenal tanaman jeruk, terutama bagian buahnya yang sangat digemari. Tanaman jeruk ini semula hanya berupa vegetasi alami yang menempati areal yang cukup luas di Asia Timur dan Asia Selatan mulai dari Cina sampai India, Malaysia, Indonesia, Filipina dan Kaledonia Baru. Namun saat ini tanaman tersebut telah dibudidayakan di hampir semua negara tropis dan sub tropis.

Tanaman jeruk ini tidak hanya disukai oleh masyarakat karena rasa buahnya yang segar dan manis namun tanaman ini mempunyai begitu banyak manfaat antara lain beberapa produk makanan yang dibuat dari jeruk, misalnya kulit buah untuk selai dan permen. Pektin dibuat juga dari kulit buah jeruk dan asam sitrat dari jeruk lemon dan jeruk nipis. Bunga, buah dan daun jeruk yang harum itu di ekstrak menjadi minyak atsiri. Kulit buahnya merupakan sumber yang baik, tetapi hanya bunga jeruk asam yang menghasilkan wewangian yang paling mahal. 

Di Indonesia sendiri jeruk merupakan komoditas buah-buahan terpenting setelah pisang dan mangga. Produksi jeruk di Indonesia pada tahun 2001 mencapai 744.052 ton/tahun. Bila kebutuhan konsumsi buah jeruk segar diasumsikan 3,26 kg/kapita/tahun atau 30 buah/kapita/tahun, maka dengan perhitungan jumlah penduduk 204,4 juta jiwa memerlukan ketersediaan buah jeruk segar sebanyak 866.247 ton. Data tahun 2001 menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor jeruk sebesar 73.304 ton, sehingga total ketersediaan mencapai jumlah 817.356 ton (Dirjenhorti; 2002). 

Melihat kebutuhan akan tanaman jeruk cukup tinggi baik karena kandungan gizinya maupun manfaat lain yang bisa diambil, maka penulis ingin mencoba menggali potensi lain dari buah jeruk yang sebenarnya hampir terlupakan oleh kita, yaitu pemanfaatan kulit jeruk. 

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis, ternyata selama ini kulit jeruk kurang dimanfaatkan terutama oleh masyarakat konsumen buah jeruk. Umumnya para konsumen hanya memakan buah jeruk saja dan kulit jeruknya hanya dijadikan limbah terbuang. Padahal sebenarnya kulit jeruk mempunyai potensi yang sangat besar. Salah satunya adalah potensi pemanfaatan kulit jeruk yang dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil, karena penulis melihat beberapa tahun terakhir ini energi dan bahan bakar merupakan persoalan yang krusial di dunia. 

Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera memproduksi dan menggunakan energi terbaharukan. Selain itu, peningkatan harga minyak dunia hingga mencapai 100 U$ per barel juga menjadi alasan yang serius yang menimpa banyak negara di dunia terutama Indonesia. 

Lonjakan harga minyak dunia akan memberikan dampak yang besar bagi pembangunan bangsa Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel tidak seimbang dengan produksinya yang nilainya sekitar 1 juta/barel sehingga terdapat defisit yang harus dipenuhi melalui impor. Menurut data ESDM (2006) cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar barel. Apabila terus dikonsumsi tanpa ditemukannya cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak ini akan habis dalam dua dekade mendatang. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah telah menerbitkan Peraturan presiden republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak. 

Melihat kondisi di atas penulis berusaha mengkaji potensi pada kulit jeruk yang ternyata mengandung minyak atsiri yang mudah menguap dan terbakar. Minyak atsiri ini yang nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil. Selanjutnya penulis ingin mempublikasikan potensi kulit jeruk diatas terutama untuk bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis yaitu sebagai pengganti bahan bakar fosil yang kita ketahui semakin lama semakin menipis serta dampaknya terhadap kondisi lingkungan saat ini. 

Oleh sebab itu, dengan karya tulis ini penulis berharap agar potensi minyak atsiri yang ada di dalam kulit jeruk dapat di sosialisasikan kepada publik hingga pada akhirnya dapat diteliti lebih lanjut sampai dengan pemanfaatannya langsung sebagai bahan bakar. 

1.2 Rumusan Masalah 
Saat ini kondisi lingkungan kita semakin buruk akibat pengguaan bahan bakar fosil serta jumlahnya sudah mulai menipis. Bagitu banyak dampak yang ditimbulkan akibat pengguaan bahan bakar ini, salah satunya yang menjadi masalah global dan perlu penanganan segera yaitu mengenai isu global warming. Dampak ini tidak hanya berpengaruh terhadap keadaan lingkungan saja, namun juga berdampak terhadap kehidupan makhluk hidup yang ada di bumi.

Berdasarkan latar belakang diatas maka terdapat rumusan masalah yang menjadi dasar penulisan karya tulis ini, yaitu:

  1. Apakan kulit jeruk berpotensi sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil ? 
1.3 Batasan Masalah 
Dalam karya tulis ini penulis hanya mengungkapkan pemanfaatan potensi kulit jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.

1.4 Tujuan Penulisan 
Untuk mengetahui sejauh mana potensi yang dimiliki oleh minyak yang terkandung dalam kulit jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.

1.5 Manfaat Penulisan 
Manfaat yang ingin diperoleh antara lain :

  1. Dapat dijadikan objek masalah yang perlu dipikirkan lebih lanjut mengenai pemanfaatan potensi kulit jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil. 
  2. Dengan adanya karya tulis ini memungkinkan dapat memberikan solusi, pemecahan dan jalan keluar yang baik akan masalah global saat ini, terutama terhadap masalah lingkungan. 
  3. Dapat menjadi salah satu pilihan alternatif untuk menghadapi masalah krisis bahan bakar yang perlu dikaji lebih lanjut. 

0 komentar:

Posting Komentar